|
Samsul Huda, peraih penghargaan bintang Adhi Makayasa dari Presiden Jokowi dan kedua orangnya |
Patriot Sejati - Samsul Huda, pemuda Desa asal Kabupaten Lamongan ini benar-benar luar biasa. Dia berhasil menerima penghargaan bintang Adhi Makayasa dari Presiden Jokowi.
Ini setelah Wong Ndeso alias pemuda desa ini menjadi salah satu lulusan terbaik Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Akademi Angkatan Laut (AAL).
Samsul Huda merupakan anak pasangan petani Slamet (65) dan Srikanah (60). Orang tuanya tinggal di Dusun Tutup Desa Sidodowo, Kecamatan Modo, Lamongan, Jawa Timur. Salah satu desa yang cukup terpencil di wilayah Lamongan.
Tapi prestasi yang diraih mampu membanggakan kedua orang tuanya.
Rumah Samsul Huda, peraih penghargaan bintang Adhi Makayasa dari Presiden Jokowi, di Dusun Tutup Desa Sidodowo, Kecamatan Modo, Lamongan, Jawa Timur, Kamis (20/7/2017). Salah satu desa yang cukup terpencil di wilayah Lamongan. (SURYA/HANIF MANSHURI)
Meski berasal dari desa terpencil, kedua orang tua Samsul Huda tergolong petani bercukupan. Mereka mempunyai lahan sawah milik pribadi seluas 1, 7 hektare. Selain masih ada lagi lahan irigasi sewaan seluas 300 ru.
Keluarga ini berkecukupan dan di desanya boleh dikata masuk katagori petani cukup kaya.
Sekali panen masih bisa mendapat hasil dari tani sebesar Rp 25 juta . Peralatan pertanian juga lengkap, seperti disel, dan mesin perontok padi.
Surya yang Kamis (20/7/2017) bertandang ke rumah perwira AAL ditemui ibu, Srikanah, anak pertama, Titik Nuryatin dan menantunya, Tarwi selama hampir satu setengah jam ngobrol mendapati fakta sejatinya.
Yang perlu dijadikan cermin akan keberhasilan Samsul Huda ini adalah, ketekunan, kesederhanaan dari kecil sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, SMP Negeri Modo hingga SMA Negeri Babat.
Kesederhanaan itu juga tercermin dalam kehidupan keluarga kedua orang tuanya.
Slamet dan Srikanah sebelumnya berhasil mengantarkan kakak Samsul Huda, yakni Budi Siswanto yang telah menapaki sebagai anggota TNI AL yang kini tugas Mabes, berpangkat Serka.
Kini Samsul menyusul sebagai anggota TNI AL, melului jalur AAL dan menjadi salah satu dari 94 lulusan terbaik AAL tahun 2017.
Samsul Huda pernah mengenyam pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Khoiriyah dan lulus pada tahun 2005/2006.
Saat di bangku Madrasah Ibtidaiyah, prestasi Samsul Huda sudah terlihat, terbukti sejak kelas 1 hingga kelas 6 yang masuk kategori peringkat kelas.
Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, Samsul Huda, kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya masuk di SMP Negeri 1 Modo dan lulus tahun 2007/2008.
Samsul kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri 1 Babat hingga lulus tahun 2010/2011.
Sejak MI hingga SMA diakui ibunya, Srikanah hidupnya sangat sederhana, tekun dan tertib.
Saat sekolah di Madrasah Ibtidaiyah jarang meminta uang saku. Jika diberi diterima, jika tidakpun tidak pernah meminta.
"Kalau sekolah seringnya saya beri sangu (bekal) jagung gorengan (marning, Red)," kata Srikanah yang ditinggal suaminya Slamet ke Jakarta lebih awal kepada Surya.
Termasuk ketika masuk SMP Negeri Modo. Dari rumah sekitar 2 kilometer naik sepeda ontel menuju sekolah. Dan soal uang saku juga normal saja, tanpa pernah meminta.
"Sekolahnya itu memang juara terus," ungkap Titik Nuryatin, kakak pertama Huda.
Hanya saja setiap meraih juara, adiknya itu tidak pernah cerita kalau tidak kakak-kakaknya yang melihat rapornya.
"Anaknya itu pendiam, rajin sekali," jelas Titik.
Ketika menginjak sekolah di SMA Negeri Babat, Samsul Huda tidak ditempuh dengan pulang pergi ke sekolah.
Samsul ngekos di Babat dengan biaya kos Rp 250 ribu perbulan. Uang jajan diberi Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu perminggu, yang dijatah ibunya dan diambil saat pulang seminggu sekali.
"Kadang seminggu Rp 25 ribu,"ungkap Srikanah.
Meski kedua orang tuanya mempunyai sepeda motor Honda Supra X, Samsul Huda tidak pernah ingin membawanya ke sekolah.
Kalau berangkat dari rumah diantar ke jalan raya naik lyn umum menuju kos. "Kadang saya antar ke jalan raya," jelas Tarwi, kakak ipar Samsul Huda.
Bagi Tarwi yang dulu masih tinggal serumah dengan mertua, melihat Samsul Huda itu memang beda.
Ia seorang pelajar yang sangat kutu buku. Di rumah atau kalau libur, hari-harinya diisi dengan membaca buku pelajaran.
"Kemana-mana selalu bawa buku pelajaran. Saya juga sampai heran," kata Tarwi.
Sang perwira AAL ini juga sangat patuh denga orang tua. Tidak pernah berbicara kasar, apalagi membantah.
Cerminan itu diakui para tetangga yang siang tadi ikut berkerumun di rumah Samsul Huda.
Huda sangat senang dengan anak kecil. Kalau pulang saat masa pendidikan seringkali membelikan jajan anak - anak tetangga dan sejumlah keponakannya.
"Kalau pulang dipanggil Pak Huda tidak mau. Katanya tidak pantas, karena yang memanggil usianya lebih dari dia," imbuh Katiyem.
Di mata para tetangganya, Samsul Huda dinilai sebagai anak yang menyenangkan. Kalau di rumah tidak pernah main sampai jauh-jauh ataupun cangkrukan di luaran sampai malam hari.
Sikap kesederhanaan itu setidaknya telah dicontohkan kedua orang tuanya.
Disaat banyak orang yang mementingkan membangun rumah, tidak dengan Slamet dan Srikanah.
Rumah yang ditempatinya sekarang juga biasa, plafon anyaman bambu, lantai ruang depan dan tengah dipasang tekel. Dan bagian belakang berlantai tanah. Termasuk kamar Samsu Huda.
Srikanah, ibu Huda, benar sederhana. Disaat kebanyakan memasak menggunakan kompor elpiji, Srikanah sampai sekarang tetap bertahan dengan menggunakan tungku dan kayu bakar.
"Banyak kayu, kalau elpiji seminggu bisa habis Rp 20 ribu,"ungkap Srikanah.
Apapun kata orang, tetap enak memakai kayu bakar untuk memasak.
Meski ia tergolong petani mampu, Srikanah masih biasa ikut jadi buruh tanam padi. Dalihnya dari pada menganggur usai menggarap sawah sendiri, lumayan dapat tambahan dengan ikut buruh tanam.
"Tapi nek benjeng mboten angsal kali anak, nggih kulo mendo (kalau nanti dilarang sama anak, maka akan mengurangi kegiatan ikut orang, red)," katanya.
Ditanya keberhasilan yang dicapai anak terakhir, Srikanah mengaku senang. Saat diundang ke Surabaya dan diberitahu kalau anaknya nomor satu di AAL, ia hanya bisa menyebut.
"Alhamdulillah anakku nomor satu," jelasnya.
Srikanah dengan bahasa jawa medok berharap anaknya bertugas dengan jujur. "Dan jangan lupa sembayang," pintanya.
Sementara kalau mimpin anak buah juga harus hati-hati. Srikanah juga meminta Samsul Huda jangan sampai mencuri uang negara (Korupsi maksudnya, red). Kalau sampai itu terjadi, maka ngaji agama selama ini dipertanyakan.
"Ngajine piye, wong Islam kok nyolong,"ungkap Srikanah yang hendak berangkat haji bersama suaminya, Slamet pada 2035 nanti.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Babat, Sofyan Hadi ditemui Surya mengungkapkan, selama belajar di SMA yang dipimpinnya, Samsul Huda termasuk anak yang cerdas dan punya hobby olah raga.
"Sifat kepemimpinannya juga nampak. Dan selama itu juga tidak pernah membuat masalah di sekolah," tegasnya. (Surya/Hanif Manshuri)
Sumber : TRIBUNJATIM.COM