Patriot Sejati - Seperti dirasakan Asiah, ibunda Briptu Taufan Tsunami. Asiah tak mempunyai firasat apapun sebelum kejadian bom bunuh diri di halte Trans Jakarta Kampung Melayu.
"Jam tujuh malam sempat menelepon saya, Umi lagi ngapain? saya bilang lagi duduk-duduk di depan rumah," kata Asiah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur usai prosesi pemakaman jenazah anaknya, Kamis (25/5).
Lantas Asiah menanyakan kondisi tempatnya bertugas. Namun karena terdesar suara berisik, Taufan, kata Asiah, memberitahu bahwa sedang bertugas di dekat kantornya.
"Umi pesan apa? mau durian, nanti dibawain durian yang paling besar," katanya.
Usai berkomunikasi melalui sambungan telepon tersebut, Asiah tak mempunyai firasat apapun. Asiah lalu masuk ke dalam rumah.
Keluarga akhirnya mendapatkan kabar setelah ada peristiwa bom bunuh diri. Di mana dalam kejadian itu, Briptu Taufan menjadi salah satu korban di antara tiga polisi yang meninggal dunia.
"Anaknya baik, penurut sama orangtua. Saya sudah iklas, dia meninggal dunia dalam kondisi bertugas, menjalankan perintah pimpinannya dan negara," kata dia.
Hal senada dirasakan ibunda Briptu Imam bernama Ningwyati. Air matanya tak henti-hentinya saat sejumlah kerabat dan tetangga melihat jenazah Briptu Amunerta Imam Gilang Adinata, di kediamannya Jalan Kelingkit, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta, Kamis (25/5).
Ibu dari dua anak ini mengaku sangat sedih saat mengetahui anak sulungnya itu menjadi salah satu korban tewas serangan bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam.
Ning tidak menyangka ditinggalkan anaknya begitu cepat saat bertugas. Terlebih ia tak pernah merasakan firasat akan kepergian Briptu Imam.
"Tidak mendapat firasat apa-apa. Cuma telepon pamit kalau jaga pengamanan pawai obor jam tujuh malam, kemudian tahu-tahu ternyata anak saya jadi korban," kata Ningwyati, saat ditemui di kediamannya.
Duka mendalam juga dirasakan Auliya Nur Panggalih Yuko Putri. Walaupun berat, dia mengikhlaskan kepergian kekasihnya, Briptu Ridho Setiawan yang menjadi korban bom bunuh diri di Kampung Melayu, semalam. Auliya sudah menjalin hubungan asmara dengan Ridho selama lima tahun sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Auliya dan Ridho sama-sama berkomitmen untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Namun takdir berkata lain, impian itu tak bisa diwujudkan.
"Kalau untuk waktu pastinya belum, tapi kita sudah komitmen untuk segera menikah," kata Auliya di rumah duka perum Dasana Indah, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Kamis (25/5).
Mahasiswi jurusan Farmasi ini sangat terkesan dengan sosok dan pribadi Ridho sebagai teman dekatnya. Dia memuji Ridho sebagai seorang yang romantis. Keromantisan alumni SMK Dirgantara Curug itu diperlihatkan dengan cara yang tidak biasa. Dia kerap memberikan kejutan untuk sang kekasih.
"Dia romantis banget. Selalu kasih surprise, abang juga orangnya humoris banget, pokoknya nyaman kalau dekat dia," ujar Auliya.
Dalam kesehariannya, Ridho dikenal sebagai sosok yang pendiam namun tetap menyenangkan. Terlebih jika sudah akrab. Ridho selalu memberi perhatian pada sang kekasih.
"Terakhir PM Blackberynya 'Teman Silih Berganti' terus aku japri ke abang, kalau pacar engga berganti kan," katanya mengenang.
Kini, Ridho pergi untuk selamanya membawa kenangannya dengan Auliya. Sang kekasih hanya bisa mengikhlaskan dan tabah menerima kenyataan tersebut.
"Aku selalu doakan abang yang terbaik, dalam tugas-tugasnya aku tahu risiko Polisi, aku pun berusaha ikhlas," ucapnya sambil menahan haru.
Semoga Briptu Topan, Briptu Ridho Setiawan, dan Briptu Imam Gilang Adinata, mendapat tempat terbaik. Keluarga ditinggalkan diberi ketabahan.
[gil]
Sumber: merdeka.com