PATRIOT SEJATI - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ditolak masuk ke Amerika Serikat. Panglima sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan tanggal 23 hingga 24 Oktober 2017 di Washington DC.
Namun saat akan naik pesawat Emirates dari Jakarta, Panglima TNI dilarang berangkat. Padahal Jenderal Gatot sudah mengantongi visa AS dan undangan resmi dari Panglima Tentara Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford.
Atas insiden ini, Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan telah meminta maaf. Namun Kedubes AS tak menjelaskan kenapa Panglima TNI sampai ditolak.
Isu penolakan petinggi TNI masuk ke AS ini sebenarnya bukan hal baru. Tahun 2014 lalu, menjelang Pemilihan Presiden di Indonesia, isu penolakan AS pada para jenderal ini sempat ramai.
Adalah adik Prabowo, pengusaha Hashim Djojohadikusumo yang mengungkap selain Prabowo ada beberapa jenderal lain yang pernah dicegah masuk AS.
Hal ini dibenarkan oleh mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto. "Memang ada fakta kalau 7, 9, 10 jenderal kita diembargo Amerika Serikat, karena kasus pelanggaran hukum, mengapa harus dibantah. Itu fakta," kata Endriartono tahun 2014 lalu.
Embargo Amerika itu, kata purnawirawan jendral TNI tersebut, terjadi setelah kasus Timor-Timur (sekarang Negara Timur Leste setelah lepas dari Indonesia tahun 1999) dan kasus Tragedi 1998 (Reformasi 98).
"Kita pernah diembargo dua kali. Itu terjadi zamannya Timor Timur dan pembakaran Jakarta tahun 1998, tapi itu haknya Amerika untuk mengembargo jenderal-jenderal kita. Tapi ya nggak usah dihiraukan, yang penting kita bisa menjadi negara mandiri," beber dia.
Endriartono juga menegaskan, bahwa Indonesia tidak perlu takut dengan ancaman negara lain.
Hashim sempat menyebut beberapa jenderal yang pernah dilarang ke AS adalah Jenderal (Purn) Wiranto, dan Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo.
Para jenderal yang disebut membantah kabar itu. Wiranto misalnya menyebut kabar dia ditolak ke luar negeri cuma untuk menjegal pencapresannya kala itu.
Begitu juga dengan Pramono Edhie Wibowo. Mantan Kepala Staf TNI AD itu membantah dicegah masuk AS. Sebagai perwira Kopassus, Pramono mengaku beberapa kali mengunjungi AS untuk mengikuti latihan.
"Selain pernah menjalani pendidikan Special Forces di Amerika Serikat pada tahun 1985, 1986 dan 1998, kemudian di tahun 2012 silam, saya kembali mengunjungi Amerika Serikat, tepatnya di Pangkalan Komando Militer Amerika Serikat-US Asia Pacific Command (USPACOM) di Hawai dalam kapasitas saya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat," jelas Edhie tahun 2014 lalu.
Sementara pada tanggal 6 Februari 2014 yang baru lalu, dia juga diundang untuk menghadiri sebuah undangan acara tahunan dari Presiden Barack Obama. Acara makan bersama itu diinisiasi oleh Dewan Kongres Amerika Serikat, yang 140 pemimpin dunia lainnya, juga turut hadir.
"Sayang sekali undangan ini tidak bisa saya penuhi terkait dengan jadwal persiapan debat bernegara konvensi calon presiden Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat. Undangan tersebut dilayangkan kepada saya oleh Senator Louie Gohmert dan Janice Hahn tertanggal 8 Januari 2014," jelas Edhie.
Lebih lanjut Edhie menyatakan bahwa dirinya selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. "Saya tidak ditolak, seandainya pun terjadi saya ditolak untuk mengunjungi sebuah negara tertentu, hal tersebut tidak akan membuat saya gentar ataupun khawatir sedikit pun," tegas dia.
Bangsa Indonesia, lanjut dia, bukan bangsa kelas 2, bukan bangsa penakut. "Saya akan hadapi itu semua karena semangat saya tidak akan pernah surut dalam membangun bangsa indonesia menjadi lebih baik dan mewujudkan indonesia yang sejahtera rakyatnya. Pramono Edhie Wibowo tidak pernah gentar hanya karena penolakan sebuah negara."
Menurutnya, Indonesia adalah negara besar yang berdaulat dan bermartabat. "Seharusnya semua negara bisa saling bersahabat di era sekarang ini," kata Edhie