Jajaran TNI Angkatan Laut makin kuat setelah bergabungnya kapal terbaru mereka KRI I Gusti Ngurah Rai.
KRI I Gusti Ngurah Rai-332 merupakan kapal kedua proyek kapal SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach). Dia masuk dalam kelas perusak kawal peluru kendali dengan tipe 10514 dan nomor proyek W000294 hasil kerja sama alih teknologi antara PT PAL Indonesia dengan perusahaan kapal Belanda, Damen Schelde Naval Ship Building (DSNS).
Nama I Gusti Ngurah Rai diambil dari pahlawan asal Bali yang mengobarkan Perang Puputan Margarana. Perang sampai titik darah penghabisan.
Kapal SIGMA yang pertama adalah KRI Raden Eddy Martanegara dengan nomor lambung 331 yang diluncurkan beberapa waktu sebelumnya.
Tanda tangan kontrak pembangunan kapal perang TNI AL kelas SIGMA ini dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono. Pemotongan pelat perdana pada 17 September 2014, peletakan lunas perdana pada 18 Januari 2016, dan peluncuran badan kapal pada 20 September 2016, untuk selanjutnya diuji layar.
Kapal perang TNI AL ini mampu membawa 120 kru kapal dan memiliki kecepatan 28 knots/jam. Dia memiliki kemampuan untuk perang empat matra sekaligus, perang permukaan sesama kapal perang, perang bawah air melawan kapal selam, perang udara dengan pesawat tempur, dan perang elektronika. KRI I Gusti Ngurah Rai juga mampu membajak sistem persenjataan dan kendali dari kapal perang musuh.
Kapal jenis SIGMA 10514 ini memiliki spesifikasi panjang 105,11 meter, lebar 14,02 meter, draft termasuk sonar 5,73 meter, dengan bobot penuh 3.216 ton.
Adapun persenjataan yang dimiliki KRI I Gusti Ngurai Rai-332 antara lain meriam utama OTO Melara 76/62 mm Super Rapid Gun, peluru kendali permukaan-ke-permukaan Exocet MM40 Block 3 yang jarak jangkaunya bisa sampai sejauh 180-200 km.
Selain itu juga ada peluru kendali permukaan-ke-udara MICA yang merupakan rudal yang dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat dan beroperasi di segala cuaca serta dapat menyergap sasaran sejauh 20-25 km. KRI ini juga dilengkapi dengan senjata Terma SKWS Decoy Launching System.
Ada lagi untuk keperluan bawah permukaan laut, yaitu torpedo AKS A�244S, yang masuk dalam kelas torpedo ringan berpandu yang memiliki kemampuan khusus dapat mengincar sasaran di perairan dangkal serta meriam Close In Weapon System Millennium 35 mm untuk menangkis serangan udara dan ancaman permukaan jarak dekat.
Penyambutan KRI I Gusti Ngurah Rai dilakukan pada tanggal 30 Oktober lalu. Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, didampingi Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, meresmikan dan mengukuhkan KRI I Gusti Ngurah Rai-332, di dermaga dok Semarang PT PAL Surabaya.
Sebagai komandan pertama kapal ini ditunjuk Kolonel Pelaut Endra Hartono.
Menhan mengatakan, masuknya KRI I Gusti Ngurah Rai-332 ke jajaran TNI AL sesuai dengan rencana Minimum Essential Force TNI fase kedua. Proses pengadaan dilakukan dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi, serta mewujudkan kemandirian industri pertahanan Indonesia yang mampu memperkuat keterpaduan operasional antara sistem senjata antar matra.
Lebih lanjut dia menegaskan kepada seluruh prajurit pengawak KRI I Gusti Ngurah Rai-332 agar merawat kapal perang yang dibeli memakai uang rakyat itu sebaik-baiknya.
"Kepada Komandan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan seluruh prajurit pengawak, kalian harus bangga terpilih menjadi pengawakan kapal perang. Saya instruksikan untuk merawat kapal ini harus dengan penuh tanggung jawab," kata Menhan.
Jalesviva Jayamahe, Di lautan kita jaya! [ian]
Sumber : Merdeka.com
ADS HERE !!!